Inside the World of Laskar89: Sekilas Tentang Kelompok Vigilante yang Kontroversial di Indonesia
Laskar89 dikenal dengan ideologi nasionalis dan anti-komunisnya yang ekstrem, dan anggotanya telah terlibat dalam sejumlah insiden kekerasan selama bertahun-tahun. Kelompok ini dituduh melakukan serangan terhadap aktivis sayap kiri, anggota serikat buruh, dan anggota agama minoritas.
Meskipun reputasinya kontroversial, Laskar89 telah mendapatkan dukungan dari beberapa lapisan masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang terpengaruh oleh retorika anti-komunis kelompok tersebut. Kelompok ini juga dipuji atas upayanya memerangi ancaman komunisme di Indonesia.
Namun, para pengkritik Laskar89 berpendapat bahwa taktik kelompok tersebut tidak hanya tercela secara moral tetapi juga ilegal. Organisasi hak asasi manusia menuduh kelompok tersebut melakukan pembunuhan di luar proses hukum dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya atas nama memerangi komunisme.
Dalam beberapa tahun terakhir, Laskar89 menghadapi peningkatan pengawasan dari pemerintah Indonesia, yang telah menindak kelompok main hakim sendiri yang beroperasi di negara tersebut. Pada tahun 2018, pemerintah melarang beberapa kelompok main hakim sendiri, termasuk Laskar89, dalam upaya untuk mengekang aktivitas mereka.
Meski dilarang, Laskar89 tetap beroperasi di Indonesia, meski dengan profil yang lebih rendah. Para pemimpin kelompok ini telah bersumpah untuk melanjutkan perjuangan mereka melawan komunisme dan apa yang mereka lihat sebagai kekuatan jahat dalam masyarakat Indonesia.
Keberadaan kelompok seperti Laskar89 menimbulkan pertanyaan penting mengenai peran kelompok main hakim sendiri dalam masyarakat demokratis. Meskipun sebagian orang mungkin melihat mereka sebagai pembela nilai-nilai tradisional dan keamanan nasional, sebagian lainnya memandang mereka sebagai ancaman berbahaya terhadap hak asasi manusia dan supremasi hukum.
Ketika Indonesia terus bergulat dengan warisan pembersihan anti-komunis tahun 1965, kehadiran kelompok seperti Laskar89 menjadi pengingat akan perpecahan mendalam yang masih ada dalam masyarakat Indonesia. Hanya waktu yang dapat membuktikan bagaimana negara ini akan mendamaikan perbedaan-perbedaan ini dan bergerak maju menuju masa depan yang lebih damai dan inklusif.